Senin, 31 Desember 2012

POTRET SEORANG AYAH

(Penting Dibaca utk renungan diri & teman)

Bagi seseorang yang sudah dewasa dan sedang jauh dari orang tua, mungkin akan lebih sering merasa rindu kepada Ibunya.

Lalu bagaimana dengan Ayah?

Mungkin karena Ibu lebih dekat denganmu.
Mungkin karena Ibu lebih sering nelpon untuk menanyakan keadaanmu.

Tapi tahukah kamu, jika ternyata ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk meneleponmu? Menghubungimu?

Saat kecil, Ibulah yang lebih sering mendongeng.Tapi tahukah kamu bahwa sepulang ayah bekerja dengan wajah lelah beliau selalu menanyakan pada Ibu, apa yang kamu lakukan seharian.

Saat kmu sakit batuk / pilek, ayah kadang mmbentak : "Sudah dibilang jangan minum es!" Tapi tahukah kamu apa maksudnya? Tiada lain bahwa ayah mengkhawatirkan kesehatanmu?

Ketika kamu remaja, kamu menuntut untuk mendapat izin keluar malam.
Ayah dengan tegas berkata "tidak boleh!" Sadarkah kamu bahwa ayahmu hanya ingin menjagamu?

Karena bagi ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat berharga.

Saat kamu bisa lebih dipercaya, Ayah pun melonggarkan peraturannya. Kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan ayah adalah menunggu di ruang tamu dengan sangat khawatir.

Ketika kamu dewasa dan harus kuliah di kota lain. Ayah harus rela melepasmu. Tahukah kamu bahwa badan ayah terasa kaku untuk memelukmu?

Dan ayah sangat ingin menangis. Di saat kamu memerlukan ini dan itu, untuk keperluan sekolahmu, ayah hanya mengernyitkan dahi. Tapi tanpa menolak, beliau memenuhinya.

Ayah sangat menyayangimu, tetapi seorang ayah sulit mengungkapkan dalam perbuatan dan perkataan lembut seperti ibu..

Sampai ketika teman pasanganmu datang untuk meminta izin mengambilmu dari ayah. Ayah akan sangat berhati-hati dalam memberi izin.

Dan akhirnya..
Saat ayah melihatmu duduk di pelaminan bersama seseorang yang dianggapnya pantas menjadi pendamping hidupmu, Ayahpun tersenyum bahagia.

Apa kamu tahu, bahwa ayah pergi ke belakang dan menangis?

Ayahmu menangis bukan karena bersedih. Akan tetapi karena ayah sangat bahagia melihat kebahagiaanmu.

"Semoga Putra/i kecilku yang manis akan berbahagia bersama pasangan hidupnya nanti." Begitulah doa dalam hatinya.

Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk dengan rambut yang telah memutih dan badan yang sudah tak lagi merasa kuat untuk selalu menjagamu.

Itulah potret Ayahmu yang sebenarnya.
Maka berusahalah untuk tidak sekali-kali mengabaikan kasih sayang seorang Ayah.

Senin, 24 Desember 2012

12 Azab Meninggalkan Sholat


Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah beersabda : “Barangsiapa yang meninggalkan sholat, maka akan mengenakan 12 azab kepadanya”.

3 darinya akan dirasakan semasa didunia ini antaranya:
  1. Allah akan menghilangkan berkah dari usahanya dan begitu juga rezekinya. 
  2. Allah akan mencabut cahaya hidayah dari dalam dirinya.
  3. Dia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

3 macam bahaya adalah ketika dia hendak mati, antaranya :

  1. Roh dicabut ketika dia didalam keadaan yang sangat haus walaupun ia telah meminum seluruh air. 
  2. Dia akan merasa yang amat pedih ketika roh dicabut keluar
  3. DIa akan dirisaukan akan hilang imannya.

3 Macam bahaya yang akan dihadapinya ketika berada di dalam kubur, antaranya :

  1. Dia akan merasa susah terhadap pertanyaan malaikat munkar dan nakir yang sangat kejam.
  2. Kuburnya akan menjadi gelap gulita.
  3. Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang rusuknya berkumpul (seperti jari ketemu jari).

3 azab lagi nanti dihari kiamat, antaranya :

  1. Hisabnya menjadi sangat berat. 
  2. Allah sangat murka kepadanya. 
  3. Allah akan menyiksanya dengan bara api neraka

MANFAATKAN YANG LIMA SEBELUM YANG LIMA

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Manfaatkan LIMA perkara sebelum LIMA perkara :
  1. WAKTU MUDAMU sebelum datang WAKTU TUAMU,
  2. WAKTU SEHATMU sebelum datang WAKTU SAKITMU,
  3. MASA KAYAMU sebelum datang MASA KEFAKIRANMU,
  4. MASA LUANGMU sebelum datang MASA SIBUKMU,
  5. HIDUPMU sebelum datang KEMATIANMU.”

(HR Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak, dikatakan oleh Adz-Dzahabiy dalam At-Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Jami’ Ash-Shagir)

[1] “WAKTU MUDAMU sebelum datang WAKTU TUAMU,” maksudnya : “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di WAKTU MUDA), sebelum datang MASA TUA renta.”

[2] “WAKTU SEHATMU sebelum datang WAKTU SAKITMU,” maksudnya : “Beramallah di WAKTU SEHAT, sebelum datang WAKTU yang menghalangi untuk beramal seperti di WAKTU SAKIT.”

[3] “MASA LUANGMU sebelum datang MASA SIBUKMU,” maksudnya : “Manfaatklah KESEMPATAN (WAKTU LUANGMU) di DUNIA ini sebelum datang WAKTU SIBUKMU ketika BANYAK URUSAN yang HARUS engkau TANGANI nanti.”

[4] “MASA KAYAMU sebelum datang MASA KEFAKIRANMU,” maksudnya : ”Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi FAKIR di DUNIA maupun AKHIRAT.”

[5] “HIDUPMU sebelum datang KEMATIANMU,” maksudnya : “Lakukanlah sesuatu yang manfaat untuk KEHIDUPAN sesudah MATIMU, karena siapa pun yang MATI, maka akan terputus amalannya.”

Al-Munawi mengatakan, “LIMA hal ini (WAKTU MUDA, MASA SEHAT MASA LUANG, MASA KAYA dan WAKTU ketika HIDUP) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah KELIMA hal tersebut hilang.” (At-Taisir Bi Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir, 1/356)

Benarlah kata Al-Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat SEHAT, ketika dia merasakan SAKIT. Dia baru ingat diberi KEKAYAAN, setelah jatuh MISKIN. Dan dia baru ingat memiliki WAKTU semangat untuk beramal di MASA MUDA, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati MASA tersebut dengan sia-sia.

Jumat, 14 Desember 2012

Tujuh Kalimat Penghapus Dosa

Sabda Rasulullah S.A.W. : ” Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak buih laut ”
 
  1. Mengucap “Bismillah” pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
  2. Mengucap “Alhamdulillah” pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
  3. Mengucap “Astaghfirullah” jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.
  4. Mengucap “Insya-Allah” jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok
  5. Mengucap “La haula wala kuwwata illa billah” jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diinginkan.
  6. Mengucap “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun” jika menghadapi dan menerima musibah
  7. Mengucap “Laa ilaa ha illa Allah Muhammadur Rasulullah” sepanjang siang dan malam, sehingga tak terpisah dari lidahnya

SIFAT-SIFAT YANG HARUS DI JAUHI OLEH ISTERI

Menentang Suami
Menyebarkan Rahasia Suami
Mengingkari Kebaikan Suami
Menolak Tidur Bersama Suami
Meminta Talak Tanpa Sebab
Puasa Sunnah Tanpa Izin Suami
Membawa Orang yang Dibenci Suaminya Masuk ke Rumah
Menceritakan Wanita Lain kepada Suami, Seolah Suaminya Melihat Sendiri
Israof dalam Menggunakan Harta Suami
Berkhalwat dengan Bukan Mahram
Melakukan Aborsi
Keluar Rumah atau Bepergian Tanpa Izin Suami
Berbuat Buruk kepada Keluarga Suami
Menelantarkan Anak-anak dan Pendidikan Mereka
Menampakkan Aurat kepada Selain Suami
Tidak Mengikuti Adab-adab Islam Saat Keluar Untuk Bekerja
Meninggalkan Berhias dan Mempercantik Diri
Enggan Melayani Suami dengan Baik
Tak Sabar dengan Kondisi Suami dan Penghidupannya
Terlalu Memaksakan Diri di Depan Orang Asing
Buruk dalam Mengurus Rumah
Kekeruhan Rumah Tangga
Menginginkan yang Dimiliki Orang Lain
Sengitnya Pertengkaran dengan Suami
Cemburu Buta
Meninggalkan Rumah Saat Bertengkar dengan Suami
Tidak Memperhatikan Kebiasaan Kerja Suami
Sering Mengeluh
Berusaha Menghapus Kepribadian Suami
Tidak Memperhatikan Kondisi Psikoligis Suami
Berselisih di Depan Anak-anak
Meninggalkan Nasihat atau Peringatan Suami tentang Ibadah
Membangkang dan Mengikuti Hawa Nafsu
Bodoh terhadap Agama
Sering Bermasalah dengan Tetangga
Kurang Sabar Menghadapi Kematian
Merasa Lebih Tinggi dari Suami
Berbicara Blak-blakan yang Tak Diharapkan
Menghina Hobi Suami
Istri Selalu Menganggur dan Lalai dari Kewajiban

37 SIFAT BURUK YANG HARUS DIJAUHI SUAMI

1. Tidak tepat dalam memilih istri ;

2. Melalaikan istri dan tidak memberi nafkah ;

3. Memukul Istri dengan keras dan menghinakannya ;

4. Memberi Mudharat kepada Istri dengan melakukan ila’ (seorang laki-laki yang marah pada istrinya, lalu ia bersumpah untuk tidak mendekatinya) melebihi batas ketentuan Allah ;

5. Menyusahkan istri untuk menghilangkan hak-haknya ;

6. Menggauli istri yang sedang haid dan nifas ;

7. Mendatangi wanita pada duburnya ;

8. Menyebarkan rahasia istri kepada rekan-rekannya ;

9. Tidak mengajarkan Islam kepada istri dan membiarkannya melakukan prbuatan-perbuatan haram ;

10. Berusaha mengubah tabiat istri dengan kekerasan ;

11. Melalaikan pendidikan anak ;

12. Terlalu lama meninggalkan istri ;

13. Curiga dan berprasangka buruk terhadap istri ;

14. Tidak bersikap adil diantara para istri ;

15. Tidak membantu istrinya yang lelah ;

16. Menyempitkan nafkah untuk istri ketika lapang ;

17. Tidak sabar menghadapi tabiatnya ;

18. Menzholimi ibu demi istri ;

19. Memaksa istri untuk melakukan yang haram ;

20. Terperosok ke dalam fitnah istri dan anak ;

21. Meninggalkan bercanda dan bergurau ;

22. Mengabaikan adab-adab Islam terhadap istrinya ;

23. Tidak memperhatikan atau menjaga kesehatan istri ;

24. Hidup dengan satu irama (tidak ada inovasi) ;

25. Melecehkan istri karena keluarganya ;

26. Berlebihan dalam menetapkan standar ideal ;

27. Suami menganggap dirinya selalu benar ;

28. Terlalu sensitif terhadap perkataan istri ;

29. Tidak menghargai kondisi khusus wanita ;

30. Besar pasak dari pada tiang ;

31. Otoriter terhadap istri dan anak-anak ;

32. Melarang istri untuk berbakti kepada keluarganya ;

33. Tidak mengikuti petunjuk Islam dalam memperbaiki istri yang membangkang ;

34. Menjatuhkan talak kepada istri yang sedang haid ;

35. Menjatuhkan talak tiga sekaligus ;

36. Mengeluarkan istri dari rumahnya setelah talak Roj’i

37. Menyiarkan keburukan istri setelah mentalaknya.

Senin, 10 Desember 2012

I Cried For My Brother Six Times

Kisah ini saya copy dari blog yang paling sering saya kunjungi, banyak cerita yang sangat menarik bagi saya dan ini adalah cerita pertama yang paling menyentuh :

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. ”Siapa yang mencuri uang itu?”
Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sudahnya, Beliau duduk diatas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab,tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?”, Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir panjang ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN


S A H A B A T .....

Saat aku terjatuh engkau senantiasa berusaha membuatku bangkit.
Saat aku tersenyum, engkau pun tersenyum dengan indah
Saat aku bersedih, engkau senantiasa menghiburku
Dan saat aku melakukan kesalahan, engkau senantiasa menegurku…

Tidak mengenal waktu, tempat, kapan dan dimana,
Engkau selalu siap siaga membantuku
Engkau selalu membantuku disaat aku kesulitan
Engkau selalu ada saat aku membutuhkanmu..

Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.
jagalah apapun yang telah menjadi milikmu dengan baik
karna suatu hari ketika dia pergi dari hidupmu kau tak akan menyesalinya.

Sahabat seperti matahari di waktu siang...
seperti bulan dan bintang di wkt malam....
dan seperti pelangi di waktu hujan....
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu
dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah
Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.

Karena semua manusia itu baik
kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan
kalau kita bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan
kalau kita tidak bisa melihat keduanya.

Seorang Sahabat adalah.....
dorongan ketika engkau hampir berhenti....
petunjuk jalan ketika engkau tersesat....
membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka.....
memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan....
mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...

Sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar.
Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan.
Sahabat sejati menjadi pendorong impian.
Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.insyaAllah

Sahabat sejati adalah....
seseorang yang manakala kita tegak, ia tegak di samping kita dan...
manakala kita lemah serta nyaris terjatuh,
maka ia akan mengingatkan dan menopang kita.
InsyaAllah anda semua adalah sahabat2 yang kucintai Lillahi Ta'ala

RAGAKU YANG LEMAH

Rasa yang menyiksa jiwa dan ragaku
aku tak berkuasa atas kehendakmu ya allah
kau sungguh berkuasa....
di saat kau menguji diriku dengan kelemahanku
jiwaku kadang berontak tersakiti

aku tau engkau membawa kelemahanku serta kekuatanku
aku tau engkaulah yg berkuasa atas apa yang terjadi
kembalikanlah jika aku sudah tak sanggup
aku tidak butuh semua kesembuhan, tapi aku butuh belajar kesabaran dan ketulusan atas namamu

Ya Allah Ya Tuhanku

SANGAT PATUT JADI RENUNGAN...!!!

Semoga bisa jadi nasehat bagiku dalam mendidik anak-anak ku.

Berikut ceritanya.....
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak mereka di asuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang di beli ayahnya, atau pun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya di parkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Di cobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya..karena mobil itu berwarna gelap, maka coretan nya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Di buatnya gambar ibu dan ayahnya, gambar nya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, 'Kerjaan siapa ini !!!'.... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepada nya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tau..tuan.' 'Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?' hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayah nya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata 'Dita yang membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!' katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa menangis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-tangan tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.

Setelah si ayah masuk ke rumah di ikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. 'Oleskan obat saja!' jawab bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anak nya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. 'Dita demam, Bu'...jawab pembantunya ringkas.'Kasih minum panadol aja ,' jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantu nya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantu nya.

Masuk hari keempat pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. 'Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap' kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. 'Tidak ada pilihan.' kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut...'Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawa nya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah' kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangan nya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. 'Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.', katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan rasa sedihnya. 'Dita juga sayang Mbok Narti..' katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris. 'Ayah..kembalikan tangan Dita. Untuk apa di ambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi!

Bagaimana caranya Dita mau mabn nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, 'katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalan nya yang tak bertepi... Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Semoga kita tetap dapat menjaga permata hati kita yang telah di amanahkan oleh Allah. Amien.

BUAH KEBENINGAN HATI


Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya.

Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.

Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.

Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya, subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.

Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat.

Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya.

Tak berlebihan jika orang yang berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.

Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan.

Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.

Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a-do’anya menjadi luar biasa mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar!!!

Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?

Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit.

Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.

Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).

Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk. Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita dalam sebuah Firman-Nya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syam [91] : 9 – 10).

Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah :)

HILANGNYA RASA PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN

Pernah tidak sengaja mengawasi sekelompok kawanan semut yang sedang bekerja. Begitu ramah, saling menghormati, kerjasama, dan tidak ada sedikitpun rasa egois pada mereka.
  • Ketika sedang berjalan dan berpapasan dengan saudaranya mereka seakan-akan saling berjabat tangan dan bertegur sapa.
  • Ketika ada makanan mereka pasti memberi tahu yang lain bahwa di suatu tempat ada makanan dan mereka biasanya makan bersama-sama di sana.
  • Nah yang paling saya kagumi adalah ketika ada makanan yang besar saya tidak pernah melihat ada semut yang punya niat untuk memakannya sendiri, dan juga saya tidak pernah melihat ada semut yang menolak ketika dimintai bantuan. Ketika ada musuh menyerang mereka rela mati melawan bersama-sama tidak ada orang munafik diantara meraka.

Masa sih kita kalah sama semut..?! Katanya kita adalah makhluk sosial. Makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Coba kita lihat sekeliling kita, banyak orang yang kelaparan disana-sini sementara kita kekenyangan.
  • Ketika bertemu saudara kita, saya tidak pernah melihat sunah Rosululloh saw yaitu berjabat tangan, memberi salam diterapkan. Kita seakan tidak kenal dan tidak mau knal dengan orang-orang di sekitar. Tidak ada tegur sapa dan yang lebih parahnya rasa curiga selalu ditunjukan di mana-mana.
  • Ketika ada saudara-saudara kita diserang oleh musuhnya kita hanya berdiam diri, tidak seperti watak semut yang rela mati membela saudaranya yang diserang.

Mungkin saya yang salah kali yah? Saya juga bagian dari mereka. Setiap manusia punya kepentingan. Dan sering kali kepentingan manusia yang satu dan yang lain tidak sama. Kepentingan yang satu melanggar kepentinganyang lain. Yang lebih parahnya kita berantem gara-gara beda kepentingan. Tidakkah bisa kita sedikit menghormati kepentingan orang lain?

Saya teringat kisah para Sahabat Rosululloh saw ketika berada di medan perang mereka (rasululloh) kehabisan air dan di antara mereka (rasululloh) yang ada hanya segelas air, kelanjutan kisahnya sudah tau semua kan? Hal penting yang bisa dijadikan pelajaran dari penggalan kisah di atas adalah betapa rasa persaudaraan di antara mereka (rasululloh) sangat besar hingga rela memberikan air yang yang sangat dibutuhkan kepada saudaranya sehingga gugur menjadi suhada di medan pertempuran. Dan juga masih banyak lg kisah-kisah para sahabat (rasululloh) yang menunjukan betapa rasa persaudaraan yang kuat diantara mereka (rasululloh).

Di zaman sekarang mana ada kisah seperti itu. Yang ada saling menyelamatkan diri sendiri, bahkan banyak yang mengorbankan saudaranya demi kepentingan pribadi.

DUA WAKTU TIDUR YANG DI LARANG RASUL


Tidur menjadi sesuatu yang esensi dalam kehidupan kita. Karena dengan tidur, kita menjadi segar kembali. Tubuh yang lelah, urat-urat yang mengerut, dan otot-otot yang dipakai beraktivitas seharian, bisa meremaja lagi dengan melakukan tidur.

Dalam Islam, semua perbuatan bisa menjadi ibadah. Begitu pula tidur, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dalam Al-Quran, Allah swt pun menyuruh kita untuk tidur. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk tidak dilakukan.

1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh

Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).

Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata :
“Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).

2. Tidur Sebelum Shalat Isya’

Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).

Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : 
“Kebanyakan hadits-hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja.”
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat.”


Semoga bermanfaat

Minggu, 09 Desember 2012

BELAJAR


Hidup adalah BELAJAR,
Belajar bersyukur meski tak CUKUP,
Belajar memahami meski tak SEHATI,
Belajar ikhlas meski tak RELA,
Belajar bersabar meski TERBEBANI,
Belajar dari pengalaman meski menyakitkan org lain dan DISAKITIN,

maka dari itu tetaplah :
BELAJAR untuk tetap berada di jalan yang BENAR,
Belajar menjadi lebih baik untuk menjadi yang TERBAIK,
Belajar untuk diam dari banyaknya BICARA,
Belajar untuk sabar dari sbuah KEMARAHAN,
Belajar untuk mengalah dari suatu KEEGOISAN,
Belajar untuk tetap tegar dari setiap KEHILANGAN,
Belajar untuk selalu bersyukur dari setiap KEADAAN,
Orang yg paling BAHAGIA tdk selalu memiliki sesuatu yg TERBAIK dalam hidupnya TETAPI
Selalu berusaha untuk menjadikan setiap APAPUN yg hadir dalam hidupnya menjadi yg TERBAIK.

KETIKA AKU HARUS JAUH DARI SEGALANYA...........


Pernahkah, kita mengalami suatu cobaan dan sakit… pastinya semua orang pernah mengalami… Adakah, kita merasa hidup sendiri di dunia ini, disaat kita butuh perhatian, butuh dukungan,butuh kasih sayang, butuh kekuatan, namun itu tidak pernah dirasakan dari orang-orang yang dekat dengan ku.
Mengapa semua nya begitu jauh………….
Sehingga aku harus jauh dari segalanya……….
Terkadang…. Justru orang lain yang tau keadaan kita…
Aku suka menolong, karena aku merasa, tetanggalah saudaraku yang terdekat, sehingga jika aku mengalami cobaan, tetanggalah orang tuaku. Walaupun dihati kecilku, ingin kurasakan kasih sayang dari orang yang aku sayangi, dimana aku bisa mengadu, berkeluh kesah, bermanja, mengapa semuanya begitu jauh….
Hati kecilku berkata… “kutak ingin kehilangan orang yang aku sanyangi.” yang sampai kapanpun akan tetep sayang.  Apa yang kumiliki  dan Allah berikan, akan selalu kujaga.

“Tak ada satupun hamba-ku yang ikhlas kuambil harta yang kuberikan  padanya, kecuali kuganti dengan yang lebih baik. Tidak ada satupun hambaku yang Ridho dengan bala yang kutimpakan padanya,kecuali kunaikkan derajatnya,  dan tidak satupun hambaku yang bersyukur kecuali kutambah nikmatku padanya”(hadist qudsi)

“Tak ada satupun hamba-ku yang ikhlas kuambil harta yang kuberikan  padanya, kecuali kuganti dengan yang lebih baik. Tidak ada satupun hambaku yang Ridho dengan bala yang kutimpakan padanya,kecuali kunaikkan derajatnya,  dan tidak satupun hambaku yang bersyukur kecuali kutambah nikmatku padanya”(hadist qudsi)